Sabtu, 31 Desember 2011

Manusia dan Keadilan

1. Pengertian Keadilan

Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan diartikan sebagai titik tengah diantara ke dua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrem itu menyangkut dua orang atau benda. Bila kedua orang tersebut mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka masing-masing orang harus memperoleh benda atau hasil yang sama. kalau tidak sama, maka masing-masing orang akan menerima bagian yang tidak sama, sedangkan pelanggaran tcrhadap proporsi terscbut berarti ketidakadilan. Keadilan oleh Plato diproyeksikan pada diri manusia schingga yang dikatakan adil adalah orang yang mengendalikan difi, dan perasaannya dikendalikan oleh akal.

Lain lagi pendapat Socrates yang mcmproyeksikan keadilan pada pemerintahan. Menurut Socrates, keadilan tercipta bilamana warga negara sudah merasakan bahwa pihak pemerintah sudah melaksanakan tugasnya dengan balk. Mengapa diproyeksikan pada pemerintah, sebab pemerintah adalah pimpinan pokok yang menentukan dinamika inasyarakat. Kong Hu Cu berpendapat lain : Keadilan terjadi apabila anak sebagai anak, bila ayah sebagai ayah, bila raja sebagai raja, masing-masing telah mclaksanakan kcwajibannya. Pendapat ini terbatas pada nilai-nilai tertentu yang sudah diyakini atau disepakati.

Menurut pendapat yang lebih umum dikatakan bahwa keadilan itu adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntut hak dan menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi haknya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dan kekayaan bersama.
Berdasarkan kesadaran etis, kita diminta untuk tidak hanya menuntut hak dan lupa menjalankan kewajiban. Jika kita hanya menuntut hak dan lupa menjalankan kewajiban, maka sikap dan tindakan kita akan mengarah pada pemerasan dan memperbudak orang lain. Sebaliknya pula jika kita hanya menjalankan kewajiban dan lupa menuntut hak, maka kita akan mudah diperbudak atau diperas orang lain.

2. Pengertian Kejujuran dan Kebenaran

Kejujuran
Jujur adalah sebuah kata yang telah dikenal oleh hampir semua orang. Bagi yang telah mengenal kata jujur mungkin sudah tahu apa itu arti atau makna dari kata jujur tersebut. Namun masih banyak yang tidak tahu sama sekali dan ada juga hanya tahu maknanya secara samar-samar. Berikut saya akan mencoba memberikan pemahaman sebatas mampu saya tetang makna dari kata jujur ini.

Kata jujur adalah kata yang digunakan untuk menyatakan sikap seseorang. Bila seseorang berhadapan dengan suatu atau fenomena maka seseorang itu akan memperoleh  gambaran tentang  sesuatu  atau fenomena tersebut. Bila seseorang  itu  menceritakan informasi tentang  gambaran  tersebut kepada orang lain tanpa ada “perobahan” (sesuai dengan realitasnya ) maka sikap yang seperti itulah yang disebut dengan jujur.

Sesuatu atau fenomena yang dihadapi  tentu  saja apa yang ada pada diri sendiri atau di luar diri sendri. Misalnya keadaan atau kondisi tubuh, pekerjaan yang telah atau sedang  serta  yang akan dilakukan. Sesuatu yang teramati juga dapat   mengenai benda, sifat dari benda tersebut atau bentuk  maupun model. Fenomena yang teramati boleh saja yang berupa suatu peristiwa, tata hubungan sesuatu dengan lainnya. Secara sederhana dapat dikatakan apa saja yang ada dan apa saja yang terjadi.

Perlu juga diketahui bahwa ada juga seseorang memberikan berita atau informasi sebelum terjadinya peristiwa atau fenomena. Misalnya sesorang mengatakan dia akan hadir dalam pertemuan  di sebuah gedung bulan depan. Kalau memang dia hadir pada waktu dan tempat yang telah di sampaikannya itu maka seseorang itu bersikap jujur. Dengan kata lain jujur juga berkaitan dengan janji. Disini   jujur berarti mencocokan atau menyesuaikan ungkapan (informasi) yang disampaikan dengan realisasi (fenomena).

Mungkin kita pernah melihat atau memperhatikan  Tukang  bekerja. Dia bekerja berdasarkan sebuah pedoman kerja. Dalam pedoman kerja (tertulis atau tidak) ada ketentuan sebuah perbandingan yakni  3 : 5. Tapi dalam pelaksanaan kerja Tukang tersebut tidak mengikuti angka perbandingan itu, dia  membuat perbandingan yang lain yakni 3 : 6,  Peristiwa ini jelas memperlihatkan si  Tukang  tidak mengikuti ketentuan yang ada dalam pedoman kerja. Dengan demikian berarti si Tukang tidak bersikap  jujur. Dalam kasus ini sang Tukang tidak berusaha menyesuaikan  informasi yang ada dengan fenomena (tindakan yang  dilaksanakan ).

Kejujuran juga bersangkutan dengan  pengakuan. Dalam hal ini kita ambil contoh , orang Eropa membuat pernyataan atau menyampaikan informasi, bahwa ….orang pertama sekali yang sampai ke Benua Amerika adalah  Cristofer Colombus…Padahal menurut sejarah yang berkembang, sebelum Colombus mendarat di Benua Amerika telah sampai kesana armada Laksmana Cheng ho. Artinya apa,  tidak ada pengakuan. Dalam hal ini kita juga melihat persoalan kesesuaian antara fenomena (realitas) dengan informasi yang disampaikan.

Jadi dari uraian di atas dapat diambil semacam rumusan, bahwa   apa yang disebut dengan jujur adalah sebuah sikap yang selalu berupaya menyesuaikan atau mencocokan  antara  Informasi dengan fenomena. Dalam agama Islam sikap seperti  inilah yang dinamakan  shiddiq. Makanya jujur itu ber-nilai tak terhingga.

Kebenaran 
Kebenaran selalu menjadi menu utama para filosof, ulama atau rohaniwan. Dalam hal ini tidak ketinggalan  Romi Satria Wahono. Pada forum ini penulis ikut pula mendampingi mereka yang telah mendahului. Berikut kita menggunakan Firman Allah dalam  Al Quran sebagai berikut:
(itulah ) Kebenaran, yang datang dari Tuhanmu.  …. Sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu.  Al Quran 3: 60  dan 10 : 94

Hampir semua  Filosof (orang yang mengarungi persoalan filsafat ) merumuskan  pengertian kebenaran sebagai pernyataan (proposisi) . Tapi dalam tulisan ini pernyataan (proposis) tersebut luput dari analisa penulis. Penulis akan mencoba mengetengahkan tinjauan lain dari konsep kebenaran dalam perspektif Al-Qur’an. Mudah-mudahan kita semua mendapat sebuah perbandingan.

Kebenaran diartikan dalam tulisan ini adalah semua yang ada dengan segala sifat dan bentuk, karena semua apa yang “ada” itulah yang datang dari tuhanmu. Apakah adanya dilangit dan dibumi serta apa yang ada di antara ke duanya. Apa yang ada di wujudkan  oleh zat, bentuk dan sifat. Apa yang ada bisa saja berupa benda, berupa proses atau perbuatan, berupa kondisi atau situasi. Di samping itu, termasuk juga wahyu atau Firman Allah yang berupa kitab suci. Dengan kata lain kebenaran itu semua isi alam ini atau alam semesta dengan segala zat yang ada, segala bentuk dan segala sifat  yang melekat pada yang ada.

Pesoalan kebenaran di dalam masyarakat selalu menjurus kepada konsep baik (kebaikan) atau sesuatu yang dianggap baik. Penulis menganggap konsep baik (kebaikan) berada dalam konsep nilai, bukan dalam kosep kebenaran. Konsep nilai memiliki rentangan peringkat mulai yang paling buruk sampai kepada yang paling baik. Konsep nilai kita tempatkan pada sesuatu kebutuhan atau kepentingan. Bila sesuatu dibutuhkan, sesuatu itu memang sesuai atau dapat memenuhi kebutuhan atau kepentingan tertentu maka sesuatu itu disebut  baik. Sebaliknya kalau sesuatu  tidak sesuai atau tidak cocok dengan kepentingan atau kebutuhan maka sesuatu itu disebut buruk. Itulah persoalan nilai. Kedalam konsep ini kita masukan persoalan boleh atau tidak boleh melakukan suatu proses atau tindakan. Dalam lingkup yang lebih luas kita mengenal istilah budaya dan peradaban, disinilah bernaungnya persoalan-persoalan kebajikan dan peradaban. Kata terkhir ini sangat jelas menunjuk kepada bentuk-bentuk perbuatan kita yang disetujui (kebaikannya) oleh orang lain ( komunitas).

Berdasarkan pemahaman penulis terhadap Al-Qur’an dan apa yang ada di alam ini, maka  kebenaran (apa yang ada) terujud dan berada dalam  empat  kategori yakni, alam syahadah, alam gaib, alam zahir dan alam bathin .

Pertama alam syahadah yakni alam yang dapat disakasikan dengan panca indera kita, dapat dilihat dengan mata, dapat dirasakan oleh kulit dan lidah, dapat dicium dengan hidung dan didengar dengan telinga.

Kedua alam gaib, yaitu alam yang tidak dapat atau belum disaksikan dengan panca indera. Gaibnya sesuatu dapat dikarenakan alam itu telah berlalu masa adanya, seperti nenek kita yang telah meninggal. Gaibnya sesuatu dapat dikarenakan tempatnya jauh dari kita atau terhalang oleh sesuatu yang lain. Ada pula alam gaib atau sesuatu yang gaib belum datang atau belum ada dekat panca indera kita, seperti  HP (hand phone) belum ada seratus tahun yang lalu, makanya HP adalah suatu yang gaib bagi masyarakat waktu itu. Demikian pula kita sekarang, apa yang mungkin ada sepuluh tahun yang akan datang, bagi kita hal yang demikian adalah  gaib, seperti sorga dan neraka juga. Kedalam kelompok ini juga termasuk malaikat dan jin.

Ketiga alam zahir, alam zahir ini menunjukan suatu kondisi atau keadaan, misalnya cuaca cerah, ruang kelas kotor atau berantakan. Persoalan zahir ini sering kita hadapi dalam penataan pembangunan, seperti jalan mulus dan model bangunan. Kalau pada tampilan sesorang biasanya disebut sebagai ekpresi.

Keempat alam bathin, biasanya setiap orang punya perasaan (dalam hati), misalnya orang tua kita meniggal dunia, kita merasa sedih  atau cemas, cemas atau sedih itulah yang  alam bathin. Kurang semangat kerja atau sebaliknya itulah alam bathin. Kita bercinta atau bersahabat dengan orang lain, itu akan ditentukan kadarnya oleh alam bathin kita masing-masing. Pengetahuan atau pemahaman dimasukan kedalam kelompok ini.

3. Pengertian Kecurangan

Menurut G. Jack Bologna, Robert J. Lindquist dan Joseph T. Wells.
Kecurangan adalah penipuan kriminal yang bermaksud memberi manfaat keuangan kepada si penipu.
Pengertian tersebut menjelaskan bahwa kriminal bukan digunakan secara ketat dalam arti hukum. Kriminal berarti setiap tindakan kesalahan yang serius yang dilakukan dengan maksud jahat. Dengan demikian, meskipun seorang pelaku kecurangan dapat menghindari penuntutan kriminal secara berhasil, tindakan kriminal mereka tetap dipertimbangkan.
Kecurangan adalah istilah umum, mencakup berbagai ragam alat yang kecerdikan manusia dapat direncanakan, dilakukan oleh seseorang individual, untuk memperoleh manfaat terhadap pihak lain dengan penyajian yang palsu. Tidak ada aturan yang tetap dan tanpa kecuali dapat ditetapkan sebagai dalil umum dalam mendefinisi kecurangan karena kecurangan mencakup kekagetan, akal muslihat, kelicikan dan cara-cara yang tidak layak/wajar untuk menipu orang lain. Batasan satu-satunya mendefinisikan kecurangan adalah apa yang membatasi sifat serakah manusia.
Selama ini, kecurangan dicirikan oleh penipuan (deceit), penyembunyian (concealment), atau pelanggaran kepercayaan (violation of trust). Tindakan-tindakan tersebut tidak tergantung pada aplikasi ancaman pelanggaran atau kekuatan fisik. Kecurangan dilakukan oleh individual dan organisasi untuk memperoleh uang, kekayaan atau jasa, untuk menghindari pembayaran atau kerugian jasa, atau untuk mengamankan kepentingan pribadi atau usaha.

4. Pengertian Pembalasan

Pembalasan adalah sebuah perilaku yang ditujukan untuk mengembalikan perbuatan sesorang. Ada pembalasan dalam hal kebaikan dan ada pembalasan yang bersifat buruk.
Pembalasan juga bisa disebut sebagai hukuman ataupun anugrah, pembalasan diartikan sebagai hukuman ketika seseorang mendapatkan kejadian buruk setelah berbuat kejahatan kepada orang lain dan sebaliknya, pembalasan diartikan sebagai anugrah ketika seseorang mendapatkan keuntungan setelah orang tersebut berbuat baik kepada orang lain.
Pembalasan bisa datang dari sesama manusia ataupun dari Allah swt. Banyak cara untuk membuat hamba-Nya jera ataupun bahagia, karena rejeki atau musibah datang dari arah yang tidak pernah kita duga.


  
Sumber:
http://yahyaandri.blogspot.com/2011/03/manusia-dan-keadilan.html
http://jalius12.wordpress.com/2010/03/28/pengertian-jujur/
http://jalius12.wordpress.com/2009/08/22/kebenaran/
http://dksisland.blogspot.com/2011/03/bab-v-hakikat-kejujuran-dan-pengertian.html
http://gitaanggeliya.blogspot.com/2010/11/pengertian-keadilan.html

Jumat, 30 Desember 2011

Manusia dan Penderitaan

1. Pengertian Penderitaan

Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir atau batin, atau lahir batin.
Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat ada juga yang ringan. Namun peranan individu juga menentukan berat-tidalmya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenilcmatan dan kebahagiaan. 

Penderitaan akan dialami oleh semua orang, hal itu sudah merupakan “risiko” hidup. Tuhan memberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada umatnya, tetapi juga memberikan penderitaan atau kesedihan yang kadang-kadang bennakna agar manusia sadar untuk tidak memalingkan dariNya. Untuk itu pada umumnya manusia telah diberikan tanda atau wangsit sebelumnya, hanya saja mampukah manusia menangkap atau tanggap terhadap peringatan yang diberikanNya? . Tanda atau wangsit demikian dapat berupa mimpi sebagai pemunculan rasa tidak sadar dari manusia waktu tidur, atau mengetahui melalui membaca koran tentang terjadinya penderitaan. Kepada manusia sebagai homo religius Tuhan telah memberikannya.

2. Pengertian Siksaan

Siksaan atau penyiksaan (Bahasa Inggris: torture) digunakan untuk merujuk pada penciptaan rasa sakit untuk menghancurkan kekerasan hati korban. Segala tindakan yang menyebabkan penderitaan, baik secara fisik maupun psikologis, yang dengan sengaja dilakukkan terhadap seseorang dengan tujuan intimidasi, balas dendam, hukuman, sadisme, pemaksaan informasi, atau mendapatkan pengakuan palsu untuk propaganda atau tujuan politik dapat disebut sebagai penyiksaan. Siksaan dapat digunakan sebagai suatu cara interogasi untuk mendapatkan pengakuan. Siksaan juga dapat digunakan sebagai metode pemaksaan atau sebagai alat untuk mengendalikan kelompok yang dianggap sebagai ancaman bagi suatu pemerintah. Sepanjang sejarah, siksaan telah juga digunakan sebagai cara untuk memaksakanpindah agama atau cuci otak politik.

Penyiksaan hampir secara universal telah dianggap sebagai pelanggaran berat hak asasi manusia, seperti dinyatakan Deklarasi Hak Asasi Manusia. Para penandatangan Konvensi Jenewa Ketiga dan Konvensi Jenewa Keempat telah menyetujui untuk tidak melakukan penyiksaan terhadap orang yang dilindungi (penduduk sipil musuh atau tawanan perang) dalam suatu konflik bersenjata. Penanda tangan UN Convention Against Torture juga telah menyetujui untuk tidak secara sengaja memberikan rasa sakit atau penderitaan pada siapapun, untuk mendapatkan informasi atau pengakuan, menghukum, atau memaksakan sesuatu dari mereka atau orang ketiga. Walaupun demikian, organisasi-organisasi seperti Amnesty International memperkirakan bahwa dua dari tiga negara tidak konsisten mematuhi perjanjian-perjanjian tersebut.

3. Pengertian Rasa Sakit

Rasa sakit adalah rasa yang penderita akibat menderita suatu penyakit. Rasa sakit ini dapat menimpa setiap manusia. Kaya-miskin, besar-kecil, tua-muda, berpangkat atau rendahan tak dapat menghindarkan diri darinya. Orang bodoh atau pintar, bahkan dokter sekalipun.
Penderitaan, rasa sakit, dan siksaan merupakan rangkaian peristiwa yang satu dan lainnya tak dapat dipisahkan merupakan rentetan sebab akibat. Karena siksaan, orang merasa sakit; dan karena merasa sakit, orang menderita. Atau sebaliknya, karena penyakitnya tak sembuh-sembuh, ia merasa tersiksa hidupnya, dan mengalami penderitaan.


4. Sumber Penderitaan 

Penderitaan tidaklah ada begitu saja tentu ada sumber dan alasannya kenapa penderitaan bisa melanda hidup seseorang. Kalo kata Iwan Fals penderitaan datang dari keinginan, memang keinginan adalah sumber penderitaan. Kenapa?

Karena dengan adanya suatu keinginan menggapai atau mendapatkan sesuatu kita akan bersusah payah melakukan segala cara untuk mendapatkannya, tetapi bila tidak tercapai akan menjadi suatu penderitaan yang melekat dihati. Apalagi bila kita sudah menjalani proses yang sangat sulit untuk mencapai keinginan kita tetapi tidak membuahkan hasil yang diinginkan, bagaimana rasanya? iya sakit, makanya bener kata Iwan Fals keinginan itu sumber penderitaan.


5. Upaya Menghindari Penderitaan   

Penderitaan timbul karena ada suatu masalah dalam hidup kita yang membuat kita frustasi dan bahkan merasa putus asa. Hidup adalah serangkaian masalah. Namun, apakah kita ingin mengeluhkan atau memecahkan masalah? Apakah kita ingin mengajari anak-anak kita untuk memecahkan permasalahan hidup?

Disiplin adalah seperangkat peralatan dasar yang kita perlukan untuk mengatasi permasalahan hidup. Tanpa disiplin, kita tidak dapat memecahkan dan menyelesaikan apa pun. Dengan hanya menerapkan sejumlah disiplin, maka kita hanya bisa memecahkan sebagian permasalahan saja. Kita baru bisa memecahkan semua permasalahan ketika kita mampu berdisiplin secara total. Orang bijak belajar untuk tidak takut, tetapi benar-benar menerima masalah dan rasa sakit yang ditimbulkan oleh masalah.

Banyak dari kita yang tidak terlalu bijak karena memiliki ketakutan terhadap rasa sakit. Banyak dari kita berusaha untuk menghindari masalah. Kita menunda, berharap bahwa masalah itu akan hilang. Kita mengabaikan masalah, melupakan masalah, dan berpura-pura tidak ada masalah. Kita bahkan mengonsumsi obat-obatan untuk membantu mengabaikan masalah. Dengan mematikan rasa sakit kita, kita dapat melupakan masalah yang menimbulkan rasa sakit. Kita lebih memilih menghindari masalah, bukan menghadapinya secara langsung. Kita berusaha untuk lari dari masalah, daripada mengalami penderitaan yang diakibatkan oleh masalah.

Untuk menghindari suatu penderitaan kita perlu mengatasi segala masalah yang ada di kehidupan kita, hadapi masalah itu dengan berani. Jangan lari dari masalah karna itu tidak menyelesaikan masalah kita. Bila kita menghadapi dan menyelesaikan masalah kita, maka kita tidak akan punya masalah lagi yang membuat hidup kita menderita. Bukankah hidup tanpa masalah berarti hidup yang terhindar dari penderitaan.

Sumber:
http://metakalasari.wordpress.com/2010/06/09/pengertian-penderitaan/
http://arizalferdiansyah.blogspot.com/2011/05/pengertian-siksaan.html
http://jumali27jm.blogspot.com/2011/11/manusia-dan-penderitaan.html
http://dandriyani.wordpress.com/2011/12/30/manusia-dan-penderitaan-2